Salah satu permasalahan yang dihadapi Indonesia adalah anemia defisiensi gizi. Defisiensi besi ini dapat disebabkan oleh asupan dan serapan yang kurang, seperti kebiasaan mengkonsumsi zat yang dapat menghambat penyerapan zat gizi seperti minum teh pada saat makan. Hambatan penyerapan ini disebabkan oleh polifenol yang terkandung didalam teh, terutama tanin (Besral et al., 2007). Meskipun teh diketahui memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, tetapi teh juga diketahui dapat menghambat penyerapan zat besi jika dikonsumsi pada waktu yang salah, seperti pada saat makan atau dalam satu jam setelah makan. Kebiasaan inilah yang menjadi penyebab terjadinya anemia defisiensi besi (Almatsier, 2009).
Studi literatur yang dilakukan Nelson dan Poultert mengenai dampak minum teh terhadap status besi mendapatkan bukti-bukti positif bahwa teh dapat menghambat penyerapan zat besi. Beberapa data yang didapatkan Nelson dan Poultert antara lain, penyerapan besi nonhem jika dikonsumsi dengan air putih sebesar 10-13%, sedangkan jika dikonsumsi bersamaan teh sebanyak 200 mL penyerapannya hanya sebesar 2-3%, 150 mL teh hitam yang dikonsumsi satu jam setelah makan akan menurunkan penyerapan besi 75-80% dan teh hitam menghambat penyerapan besi hampir dua kali lipat daripada teh hijau (Nelson & Poultert, 2004).
Suatu penelitian dilakukan oleh Wardiyah et al. (2014) mengenai perbandingan reaksi zat besi terhadap teh hitam dan teh hijau secara in vivo dengan mengggunakan spektofotometer uv-vis. Larutan teh hitam dan teh hijau dijadikan sebagai kontrol, kemudian diberikan perlakuan dengan meneteskan FeCl3 1% sebanyak lima tetes. Larutan tersebut dibaca besar absorbannya dengan spektofotometer uv-vis. Prosedur ini dilakukan dengan pengulangan sebanyak lima kali.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardiyah et al. (2014) didapatkan rata-rata besar absorban teh hitam yang tidak diteteskan zat besi adalah sebesar 0,539 dan rata-rata absorban teh hitam yang diteteskan zat besi adalah sebesar 0,30640. Sedangkan untuk hijau yang tidak diteteskan zat besi didapatkan absorbannya sebesar 0.961 dan rata-rata absorban setelah diteteskan zat besi adalah sebesar 0.65020. berdasarkan angka tersebut, disimpulkan bahwa konsentrasi larutan teh hitam yang diteteskan zat besi lebih kecil daripada konsentrasi teh hijau yang diteteskan zat besi. Meskipun demikian, penurunan absorban antara kontrol teh hitam dan teh hijau dengan perlakuan adalah lebih besar penurunannya pada teh hitam. Penurunan absorban pada kontrol teh hitam dengan perlakuan adalah 43,15% sedangkan pada teh hijau adalah 32,34%.
Ketika teh direaksikan dengan zat besi, maka akan terjadi suatu reaksi pengelatan, yaitu reaksi koordinasi antara ion logam dan molekul organik yang setidaknya memiliki sepasang elektron pada setiap ujungnya, sehingga molekul organik tersebut seolah-olah menyepit ion logam tersebut. ikatan inilah yang menyebabkan larutan tersebut berkurang konsentrasinya. Ikatan ini terjadi karena adanya kandungan polifenol di dalam teh, terutama tanin. Secangkir teh mengandung kira-kira 30 mg tanin (Hallberg & Hultehn, 2000).
Hasil penelitian yang dilakukan Kaltwasser et al. (1998) yang membandingkan penyerapan zat besi pada individu yang makan dengan air putih dan individu yang makan dengan minum teh hitam, didapatkan hasil bahwa penyerapan zat besi pada individu yang makan dengan air putih adalah sebesar 22,1% sementara individu yang makan dengan minum teh hitam sebesar 6,9%. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa teh hitam menurunkan penyerapan zat besi sebesar 70% (Kaltwasser et al., 1998). Jika dibandingkan antara teh hitam dan teh hijau, hambatan penyerapan zat besi oleh teh hitam lebih besar hampir dua kali lipat daripada teh hijau. Hal ini juga berkaitan dengan total fenol pada teh hitam yang lebih besar (Hallberg & Hultehn, 2000). Meskipun artikel ini berkaitan dengan adanya kemungkinan pengaruh teh terhadap penyerapan zat besi, perlu diketahui oleh pembaca budiman, bahwasanya manfaat teh untuk kesehatan lebih banyak dibandingkan ketidakmanfaatannya, karena penghambatan zat besi yang terjadi pun berdasarkan penelitian-penelitian di atas, namun penelitian tersebut tidak menyatakan bahwa konsumsi teh dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya angka kecukupan gizi zat besi bagi peminumnya. Sebagai informasi, bagi yang membutuhkan pengetahuan tentang jumlah angka kecukupan mineral yang dianjurkan per orang per hari, dapat dilihat di Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia.
Nama : Fiki Ni’matul Jannah
Pembimbing : Hilman Maulana S.TP
Universitas : Universitas Jenderal Soedirman
Artikel Populer
Daftar Pustaka
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Besral, Meilianingsih, L., & Sahar, J. 2007. Pengaruh Minum Teh Terhadap Kejadian Anemia pada Usilia Kota Bandung. Makara Kesehatan 11 (1) : 38-43.
Hallberg, L. & Hulthen, L. 2000. Prediction of Dietary Iron Absorption: an Algorithm for Calculating Absorption and Bioavailability of Dietary Iron. Am J Clin Nutr 71: 1147-60.
Wardiyah, H et al., 2014. Perbandingan Reaksi Zat Besi Terhadap Teh Hitam dan Teh Hijau Secara In Vivo dengan Menggunakan Spektofotometer Uv-Vis. Jurnal Kesehatan Andalas 3(1) : 49-53.
Kaltwasser, J.P et al., 1998. Clinical Trial on the Effect of Regular Tea Drinking on Iron Accumulation in Genetic Haemochromatosis. Gut 699-704 doi: 10. 1136/gut. 43.5.699.
Nelson, M. & Poultert, J. 2004. Impact of Tea Drinking on Iron Status in the UK. a review J Hum Diete 17: 43-54.