2020-Dove-LOGO BARU PPTK
Si ”Jambul” Sumber Kehidupan
Home / Berita  /  Si ”Jambul” Sumber Kehidupan
IMG_8555 (1)
IMG_8970
Si ”Jambul” Sumber Kehidupan

Pada usia berapa anda mengetahui fakta bahwa tanaman teh dapat tumbuh menjadi pohon setinggi 15 meter, padahal yang kita lihat selama ini tanaman tersebut hanya tumbuh hingga setinggi pinggang orang dewasa? Jawabannya ada pada pemangkasan. Proses ini merupakan upaya untuk menghasilkan bidang petik yang rendah sehingga mempermudah dalam pemetikan serta dapat menghasilkan pucuk teh dalam jumlah banyak. BPPP (2005) mengemukakan bahwa pemangkasan merupakan tindakan membuang sebagian dari bagian tanaman untuk menumbuhkan dan merangsang pembungaan dan pembuahan ke arah yang dikehendaki.

Lalu, apa hubungan pemangkasan tanaman teh dengan kata “jambul”?

Kata “jambul” pada judul diatas merujuk pada salah satu jenis proses pemangkasan. Ya, pangkasan jambul, atau sering pula disebut sebagai pangkasan ajir. Menurut PPTK (2006), pangkasan jambul atau ajir merupakan pangkasan bersih dengan tinggi 45-60 cm dengan meninggalkan dua cabang berdaun disisi perdu. Maksud dari pangkasan bersih disini yaitu bidang pangkas dibuat mendatar dengan membuang ranting-ranting kecil berukuran kurang dari 1 cm, kemudian disisakan dua cabang yang masih memiliki daun sekitar 50-100 lembar. Maka tidak heran apabila pangkasan tersebut dikenal sebagai pangkasan jambul, sebab cabang yang sengaja disisakan akan terlihat “menonjol” diantara cabang-cabang lain yang telah habis dipangkas.

Mengapa dilakukan pangkasan jambul?

Energi yang diperlukan tanaman teh yaitu berupa zat pati, banyak tersimpan dalam akar, cabang, maupun ranting. Menurut PPTK (2006), setelah dilakukan pemangkasan, zat pati akan mengalir bersama dengan air dari akar ke arah luka, sehingga terjadi akumulasi pada bagian tersebut. Kemudian akan terjadi proses “penyembuhan”, dan akan muncul tunas baru. Namun pada saat musim kemarau tiba, jumlah air berkurang sehingga diperlukan sumber zat pati tambahan yang berasal dari daun. Anjarsari et al. (2018) mengemukakan bahwa pemangkasan berefek menurunkan indeks luas daun secara drastis karena organ target daun terbuang dan pada kahirnya keseimbangan antara shoot  dan root menjadi terganggu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pangkasan jambul ini sengaja diperuntukkan sebagai “sumber makanan” bagi tanaman teh yang telah dipangkas, khususnya pada saat musim kemarau.

Pada periode ini, durasi penyinaran dan intensitas cahaya matahari akan lebih tinggi, sehingga proses fotosintesis akan berlangsung lebih optimal. Daun-daun yang sengaja disisakan akan bekerja sebagai “pabrik” yang terus melaksanakan proses fotosintesis, sehingga tanaman akan tetap mendapat "makanan” berupa zat pati sebagai hasil dari proses tersebut. Selain sebagai pelaksana proses fotosintesis, daun-daun tersebut juga dapat melindungi tunas yang akan tumbuh dari sengatan sinar matahari.

Meski cenderung lebih baik dilaksanakan saat musim kemarau, namun pelaksanaan pangkasan jambul juga dapat dilakukan saat musim hujan salah satunya dengan memperhatikan anomali iklim yang sedang berlangsung. Seperti yang terjadi di Kebun Teh PPTK Gambung yang pada tahun sebelumnya menggunakanan pangkasan jambul, meski di musim hujan. Hal tersebut dipengaruhi oleh anomali iklim El Nino yang menyebabkan panas tetap terik meski di musim hujan sekalipun, sehingga pemangkasan jambul perlu dilakukan. Utami et al. (2011) mengemukakan bahwa El Nino merupakan fenomena naiknya suhu permukaan laut di timur dan tengah di kawasan tropis Samudera Pasifik, yang menyebabkan penurunan curah hujan. Berbeda dengan tahun ini dimana berlangsung anomali iklim La Nina menyebabkan hampir setiap hari hujan, sehingga pangkasan jambul tidak wajib dilaksanakan sebab kelembaban cukup tinggi. Menurut Athoilah et al. (2017),  La Nina merupakan penurunan suhu muka laut di kawasan timur equator di Lautan Pasifik, sehingga terjadi peningkatan jumlah curah hujan. Berdasarkan kedua hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa pangkasan jambul tidak hanya dapat dilakukan saat musim kemarau, namun juga dapat pula dilaksanakan saat musim hujan dengan memperhatikan iklim dan kelembaban.

Oleh : Rosaluna & Muthia Syafika Haq

Referensi:

Anjarsari IRD, Hamdani JS, Suherman VZ, et al. 2018. Kadar pati akar dan sitokinin endogen pada tanaman teh menghasilkan sebagai dasar penentuan pemangkasan dan aplikasi zat pengatur tumbuh. J Kultivasi 17(2): 617-621.

Athoillah I, Sibarani RM, Doloksabiru DE. 2017. Analisis spasial El Nino kuat tahun 2015 dan La Nina lemah tahun 2016 (pengaruhnya terhadap kelembapan, angin dan curah hujan di Indonesia). J Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca 18(1): 33-41.

Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Pemangkasan pada tanaman jeruk. Bogor: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk kultur teknis tanaman teh. Bandung: Pusat Penelitian Teh dan Kina.

Utami  AW, Jamhari, Hardyastuti S. 2011. El nino, la nina dan penawaran pangan di Jawa, Indonesia. J Ekonomi Pembangunan 12(2): 257-271.

post categories
Recent Posts