Komplek PPTK Gambung, Desa Mekarsari, Kec. Pasirjambu, Kab. Bandung
+62 22 5928186
secretariat@iritc.org
2020-Dove-LOGO BARU PPTK
Aktivitas Senyawa Metabolit Sekunder Pada Kina (Cinchona sp.) dan Manfaatnya

Kina merupakan tanaman obat berupa pohon yang berasal dari Amerika Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang meliputi wilayah Venezuela, Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia. Bibit tanaman kina yang masuk ke Indonesia tahun 1854 berasal dari Bolivia. Tanaman kina (Cinchona sp.) telah dikenal manusia sejak zaman dahulu dan pertama kali ditemukan oleh bangsa Indian Peru sebagai obat demam, karena tanaman ini mengandung alkaloid quinoline pada kulit batangnya (Riyadi dan Tahardi, 2005). Spesies kina yang banyak di budidayakan di Indonesia yaitu C. succirubra  (kina  succi) , C. ledgriana (kina  ledger) dan C. calisaya  (kina  kalisaya). Klon-klon unggul dari tanaman kina antara  lain:  Cib  6,  KP  105,  KP  473, KP  484 dan  QRC. Kina tumbuh baik pada tanah andosol yaitu di daerah pegunungan Indonesia dengan ketinggian di atas 1000 mdpl. Ketinggian optimum tanaman kina berkisar antara 1400-1700 mdpl dan kondisi tanah yang cocok untuk pertanaman kina yaitu subur, gembur, tidak bercadas, serta memiliki pH optimum 5,8 (Maxiselly et al., 2017; PPTK, 2006 ). Bagian kulit dari batang tanaman kina dapat dimanfaatkan sebagai obat karena kulit batang kina banyak mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna kesehatan.  

Pada bagian kulit batang tanaman kina terdapat metabolit sekunder yang disebut alkaloid sinkona. Senyawa yang paling banyak ditemukan pada alkaloid sinkona adalah kuinin, kuinidin, sinkonin dan sinkonidin. Secara umum kugunaan alkaloid sinkona antara lain sebagai obat penyakit malaria, influenza, disentri dan tonik. Senyawa pada alkaloid sinkona memliki fungsi yang berbeda. Menurut Marella et al. (2013) menyatakan senyawa kuinin memiliki fungsi sebagai obat antimalaria, antibakteri, kardiotonik, antijamur, antiinflamasi, dan juga berguna dalam beberapa gangguan otot. Senyawa kuinidin memiliki fungsi bagi kesehatan yaitu pengobatan malaria dan meredam rangsangan otot jantung, sedangkan sinkonin dan sinkonidin memiliki fungsi sebagai zat antimikroba, skizonidal, amoebiasis, flu, disentri, dan demam. Ernawati et al. (2018) menyatakan, selain senyawa di atas, pada tanaman kina juga terdapat senyawa turunan alkaloid sinkona lain yang memiliki peran masing-masing dalam mekanisme pengobatan malaria dan beberapa senyawa memiliki aktivitas antikanker, senyawa tersebut yaitu meflokuinin, hibrid kuinin-artemisinin, konjugasi kuinin triazol, asam lemak kuinin, sinkonin tiglat, amodiakuin, isokuin, 4-Fluoro-N-tert-butyl isokuin, terbukuin, asilatid mono- bis- dan tris- sinkona-amina, kuinin sulfat, dihidrokuinin, kuinin analog, dan klorokuin.

Senyawa turunan disebut di atas, bisa terdapat secara alami ataupun merupakan senyawa sintesis, sebagai contoh kasus, senyawa klorokuin yang sering diperbincangkan saat ini merupakan satu senyawa sintetis yang dibuat menggunakan gugus quinoline pada kulit batang tanaman kina dan digunakan untuk mengobati malaria (Shi et al., 2017), dan baru-baru ini dilaporkan sebagai obat antivirus broadspectrum yang potensial. Menurut Wang et al. (2020) senyawa klorokuin diketahui dapat memblokir infeksi virus dengan meningkatkan pH endosom yang diperlukan untuk fusi virus terhadap sel, serta mengganggu glikosilasi reseptor seluler SARS-CoV dan pada uji waktu penambahan menunjukkan bahwa klorokuin berfungsi pada tahap pasca-infeksi SARS-CoV-2. Klorokuin adalah basa lemah yang diketahui mempengaruhi vesikel asam yang menyebabkan disfungsi beberapa enzim termasuk hidrolase asam yang menghambat modifikasi pasca-translasi, sehingga berpotensi mempengaruhi pH. Menurut Gao et al. (2020) menyatakan bahwa sebanyak lebih dari 100 pasien menunjukkan klorokuin fosfat dapat menghambat pneumonia, meningkatkan pencitraan paru-paru, menaikkan konversi virus negatif dan memperpendek penyakit. Klorokuin memiliki aktivitas memodulasi kekebalan, yang secara sinergis meningkatkan efek antivirusnya secara in vivo. Klorokuin didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh, termasuk paru-paru, setelah pemberian oral. Dalam publikasinya Gao et al. (2010) juga menyatakan bahwa aktivitas antiviral dan antiinflamasi dari klorokuin berpotensi mengobati pneumonia pasien COVID-19  tetapi untuk mengetahui sejauh mana keefektifan senyawa klorokuin perlu dilakukan uji secara klinis.

 

Oleh :

Puguh Jati Nugroho, Muthia Syafika Haq dan Hilman Maulana

 

DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, T., P.D. N. Lotulung, Megawati, G. Widyarti, A. Sundowo, Minarti, A. Darmawan, A. Lelono dan M. Hanafi. 2018. Bioaktivitas senyawa turunan alkaloid sinkona. Jurnal Agrosains dan Teknologi 3 (2) : 97 – 96.

Gao, J., Z. Tian dan X. Yang. 2020. Breakthrough: Chloroquine phosphate has shown apparent efficacy in treatment of COVID-19 associated pneumonia in clinical studies. BioScience Trends : DOI: 10.5582/bst.2020.01047

Marella, A., O. P. Tanwar, R. Saha, M. R. Ali, S. Srivastava dan M. Akhter. 2013. Quinoline : A versatile heterocyclic. Jurnal Saudi Pharm 21 : 1 – 12.

Maxiselly, Y., M. Ariyanti dan M. A. Soleh. 2017. Respon tanaman kina (Cinchona sp) fase tbm terhadap berbagai kombinasi pupuk organik dan anorganik di Jatinangor Sumedang. Jurnal Agrotek Indonesia 2 (2) : 70 – 72.

PPTK.  2006.  Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Edisi ketiga. Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung.

Riyadi, I dan J.S. Tahardi. 2005. Pengaruh NAA dan IBA terhadap pertumbuhan dan perkembangan tunas kina (Cinchona succirubra). Jurnal Bioteknologi Pertanian 10 (2) : 40-50.

Shi, H., G. Yu, V. Geng, L. Gu, N. Yang, C. Wang, C. Zhu, Y. Yang, D. Hu, X. Yuan, L. Lan, G.Wu dan Z. Tang. 2017. MrgprA3 shows sensitization to chloroquine in an acetone–ether–water mice model. NeuroReport 28 (17) : 1127 – 1133.

Wang, M., R. Cao, L. Zhang, X. Yang, J. Liu, M. Xu, Z. Shi, Z. Hu, W. Zhong dan G. Xiao. 2020. Remdesivir and chloroquine effectively inhibit the recently emerged novel coronavirus (2019-nCoV) in vitro. Call Research 0 : 1 – 3.