2020-Dove-LOGO BARU PPTK
Repurposing Drug –Tanaman Kina Antimalaria untuk Antivirus
Home / Berita  /  Repurposing Drug –Tanaman Kina Antimalaria untuk Antivirus
IMG_8555 (1)
IMG_8970
Repurposing Drug –Tanaman Kina Antimalaria untuk Antivirus

Dipatiukur, Bandung. Direktur Pusat Penelitian Teh dan Kina, Dr. Dadan Rohdiana melakukan kunjungan ke Pusat Unggulan Iptek Inovasi Pelayanan Kefarmasian Universitas Padjadjaran menemui Prof. Dr. Keri Lestari, M.Si, Apt. terkait dengan informasi klorokuin yang merupakan analog kuinin sebagai obat malaria namun memiliki kemampuan sebagai obat antivirus Corinavirus Disease (COVID-19). Dalam pertemuannya, Dr. Rohdiana mengangkat mengenai tanaman Kina yang bisa menjadi bahan baku penunjang antivirus tersebut.

Klorokuin yang merupakan bahan aktif untuk obat malaria tersebut memiliki kemampuan sebagai antivirus merupakan salah satu obat hasil skrining terhadap ribuan obat lain yang dilakukan di China National Center of Biotechnology Development, khususnya klorokuin fosfat.

Prof. Keri menyampaikan, Klorokuin fosfat yang dapat menjadi obat untuk mengatasi Covid-19 ini merupakan hasil dari Drug Repurposing atau Repositioning. Hal ini dilakukan karena kebutuhan mengobati pasien terpapar Covid-19, karena jika mengandalkan obat-obat baru dibutuhkan waktu paling sedikit antara 12 sampai dengan 15 tahun, tentu dengan biaya yang tidak sedikit. Drug Repositioning ini merupakan penggunaan senyawa obat yang telah lolos uji lolos uji sebelumnya untuk mengatasi penyakit baru selain penyakit awal obat tersebut ditujukan, dalam hal ini, obat anti-malaria sebagai antivirus.

Kondisi saat ini yang disebabkan oleh Covid-19, mengakibatkan tidak memungkinnya melakukan riset obat baru mengikuti kaidah umum (dikenal dengan istilah Forward pharmacology approach), jika dilihat dari waktu dan biaya yang dibutuhkan sangat mendesak. Prosedur riset obat baru sesuai kaidah umum harus melalui uji in vitroin vivo, uji pra klinis hingga uji klinis, yang notabene memerlukan waktu yang panjang, dan biaya yang tidak murah. Hal ini kemudian mendorong para ahli farmasi untuk melakukan reverse pharmacology approach, seperti yang dilakukan di China, yaitu dengan melakukan uji klinis terhadap manusia) dari senyawa obat klorokuin fosfat yang secara hipotesis memiliki modulasi aktivitas terhadap target spesifik biologi dan memiliki efek terapeutik.

Klorokuin fosfat merupakan obat malaria yang awalnya disintesis untuk mengatasi kurangnya pasokan kuinin pada masa Perang Dunia II, karena Jepang menghentikan pasokan kuinin dari pulau Jawa (Dewick, 2009). Senyawa obat klorokuin fosfat ini memiliki cincin kuinolin yang sama dengan cincin pada kuinin dari tanaman kina. Perhatian akan keberadaan tanaman kina ini kemudian meningkatkan semangat Dr. Rohdiana untuk bisa mengembangkan dan mengenalkan kembali ke publik mengenai perkebunan Kina di Indonesia yang bahkan, pohon kina pun ada pada lambang Kabupaten Bandung digambarkan dengan warna hijau dengan latar belakang merah. Selain sebagai anti-malaria dan anti-virus, nilai jual kuinin dari tanaman kina di dunia ilmiah dipercaya mampu mengakselerasi ilmuwan Indonesia khususnya di bidang kimia dan farmakologi.

 

Disusun oleh :

Hilman Maulana, S.T

Narasumber :

Dr. Dadan Rohdiana (Direktur PPTK)

post categories
Recent Posts